Menelaah Struktur dan Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi
Assalamualaikum Wr.Wb
Pada pembelajaran hari ini, kita akan membahas materi tentang struktur dan kaidah kebahasaan teks eksposisi. Simak baik-baik ya...
Materi ini dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar 3.6
Mengidentifikasi struktur, unsur kebahasaan, dan aspek lisan dalam teks
eksposisi artikel ilmiah populer (lingkungan hidup, kondisi sosial, dan/atau
keragaman budaya, dll) yang diperdengarkan atau dibaca.
A.
Struktur Teks Eksposisi
Teks eksposisi
memiliki struktur dan kaidah kebahasaan tertentu. Pemahaman struktur dan
kaidahnya itu sangat penting agar kita bisa membedakan teks eksposisi dengan
jenis teks lain. Ragam teks eksposisi sering digunakan dalam konteks komunikasi
sehari-hari secara lisan maupun tulisan. Eksposisi dapat disebut sebagai paparan
proses. Teks eksposisi juga memiliki struktur yang membangunnya. Adapun
struktur teks eksposisi meliputi hal-hal berikut:
·
Tesis
Tesis, yaitu pengenalan isu, masalah ataupun pandangan
penulis secara umum tentang topik yang akan dibahas. Tesis ini berisikan
pendapat penulis yang secara pribadi terkait pada topik yang akan dibahas dari
paragraf tersebut. Bagian tesis sering juga disebut sebagai bagian dari
pembukaan sebuah teks tersebut.
Contoh paragraf:
Jika Pemerintah
tidak cepat bertindak dalam sepuluh tahun mendatang, hutan Sumatra akan musnah
dan diikuti oleh musnahnya hutan Kalimantan.
Bagian itu disebut tesis karena mengenalkan
permasalahan utama, kemungkinan musnahnya hutan. Bagian itulah yang kemudian
menjadi fokus utama pembahasan teks tersebut.
·
Argumentasi
Rangkaian argumen, pendapat atau argumen penulis
berguna sebagai penjelasan dari tesis yang dijelaskan sebelumnya. Biasanya
berisi fakta-fakta untuk memperkuat argumen- argumen penulis. Terdapat pada
paragraf kedua dan paragraf ketiga. Pada paragraf ketiga terdapat juga
fakta-fakta yang mendukung tesis/pendapat. Pada paragraf kedua merupakan
pendapat dari penulis mengenai tesis.
Contoh paragraf:
Pengelolaan
hutan tidak menunjukkan adanya tanda-tanda perbaikan dibandingkan tahun
sebelumnya. Sebaliknya, kecenderungannya justru semakin memburuk. Kebakaran
hutan masih terus terjadi; penebangan liar semakin meningkat. Diperburuk lagi
dengan rencana pembukaan lahan hutan lindung bagi pertambangan. Keadaan
tersebut jelas menambah suram nasib hutan.
Kutipan paragraph tersebut merupakan pendapat dari
penulis, jika di uraikan menjadi:
a) Pengelolaan
hutan tidak menunjukkan adanya tanda-tanda perbaikan dibandingkan tahun
sebelumnya.
b) Sebaliknya,
kecenderungannya justru semakin memburuk.
c) Kebakaran
hutan masih terus terjadi; penebangan liar semakin meningkat.
d) Diperburuk
lagi dengan rencana pembukaan lahan hutan lindung bagi pertambangan.
e) Keadaan
tersebut jelas menambah suram nasib hutan selama ini.
·
Penegasan Ulang
Penegasan ulang, perumusan kembali secara ringkas.
Biasanya bagian ini disebut dengan penutup atau simpulan. Terdapat pada
paragraf terakhir, yang mengulang tesis tetapi tidak secara langsung yaitu pada
kalimat.
Contoh paragraf:
Rupanya kedua
masalah itu belum cukup. Pemerintah menambah rencana pembukaan kawasan hutan
lindung untuk areal pertambangan. Kebijakan tersebut jelas semakin
menyempurnakan derita hutan Indonesia.
Bagian tersebut merupakan suatu simpulan dari paparan
sebelumnya. Hal ini ditandai oleh kata-kata kedua
masalah itu belum cukup, kebijakan tersebut jelas semakin....
B.
Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi
·
Bahasa baku
Teks eksposisi ditulis dengan bahasa baku dan
penulisan yang terarah. Pemilihan kata dalam teks eksposisi pun harus
disesuaikan dengan target pembaca. Selain itu, hindari penggunaan istilah yang
kurang familiar agar tidak menyulitkan pembaca untuk mendapatkan informasi dari
teks.
·
Nomina (kata benda)
Merupakan kata yang mengacu pada benda, baik nyata
maupun abstrak. Dalam kalimat berkedudukan sebagai subjek. Dilihat dari bentuk
dan maknanya ada yang berbentuk nomina dasar maupun nomina turunan. Nomina
dasar contohnya gambar, meja, rumah, pisau. Nomina turunan contohnya perbuatan,
pembelian, kekuatan, dll.
·
Verba (kata kerja)
Merupakan kata yang mengandung makna dasar perbuatan,
proses, atau keadaan yang bukan sifat. Dalam kalimat biasanya berfungsi sebagai
predikat. Verba dilihat dari bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu :
Ø Verba
dasar merupakan verba yang belum mengalami proses morfologis (afiksasi,
reduplikasi, komposisi). Contohnya mandi, pergi, ada, tiba, turun, jatuh,
tinggal, tiba, dll.
Ø Verba
turunan merupakan verba yang telah mengalami perubahan bentuk dasar karena
proses penambahan imbuhan. Contohnya melebur, mendarat, berlayar, berjuang,
memukul-mukul, makan-makan, cuci muka, mempertanggungjawabkan, dll.
·
Adjektiva (kata sifat)
Merupakan kata yang yang dipakai untuk mengungkapkan
sifat atau keadaan orang, benda, dan binatang. Contohnyaindah, lunak, lebar,
luas, negatif, positif, keruh, dingin, jelek, dan lain-lain.
·
Adverbia (kata keterangan)
Merupakan kata yang melengkapi atau memberikan informasi
berupa keterangan tempat, waktu, suasana, alat, cara, dan lain-lain. Contohnya
di-, dari-, ke-, sini, sana, mana, saat, ketika, mula-mula, dengan, memakai,
berdiskusi, dan lain-lain.
·
Konjungsi
Konjungsi dapat digunakan dalam teks eksposisi untuk
memperkuat argumentasi. Suatu jenis konjungsi dapat digunakan dengan
menggabungkannya dengan konjungsi yang sejenis dalam suatu kalimat yang saling
berkorelasi sehingga membentuk koherensi antarkalimat. Dapat pula
mengombinasikan beberapa jenis konjungsi dalam suatu teks sehingga tercipta
keharmonisan makna maupun struktur.
1. Konjungsi
temporal seperti mula-mula, kemudian, lalu, setelah itu, akhirnya dapat
digunakan bersamaan untuk menata argumentasi dengan cara mengurutkan dari yang
penting menuju ke yang kurang penting atau sebaliknya.
2. Konjungsi
sebab-akibat dapat digunakan untuk menyuguhkan informasi asal-muasal suatu
peristiwa atau kejadian dan efek yang ditimbulkan dari kejadian tersebut.
3. Konjungsi
penegasan seperti pada kenyataannya, kemudian, lebih lanjut, bahkan digunakan
untuk mengurutkan informasi dari yang kuat menuju yang lemah atau sebaliknya.
Berikut ini adalah jenis konjungsi yang dapat ditemukan
pada teks eksposisi :
Ø Konjungsi
gabungan : dan, serta, dengan
Ø Konjungsi
pembatasan : kecuali, selain, asal
Ø Konjungsi
tujuan : agar, supaya, untuk
Ø Konjungsi
persyaratan : kalau, jika, jikalau, bila, asalkan, bilamana,
Ø Konjungsi
perincian : yaitu, adalah, ialah, antara lain, yakni
Ø Konjungsi
sebab akibat : karena, sehingga, sebab, akibat, akibatnya
Ø Konjungsi
perbandingan : bagai, seperti, ibarat, serupa
Ø Konjungsi
penyimpulan :oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, dengan demikian
·
Penggunaan Istilah
Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan
cermat meng-ungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam
bidang tertentu, contohnya: konsisten, harmonisasi, inspirasi.
·
Menggunakana kata kerja mental
Kata kerja mental adalah tipe kata kerja yang
digunakan untuk mengutarakan sebuah reaksi, tanggapan atau tindakan suatu
individu pada pengalaman, sikap, kehadiran atau eksistensi. Contohnya:
menghayati, bahagia, ragu-ragu, dll.
·
Menggunakan kalimat persuasif
Kalimat persuasive adalah kalimat yang mengajak, atau
mempengaruhi seseorang. Contohnya: hendaklah. Marilah, ayo, dll.
·
Menggunakan kata denotasi
Denotasi adalah kata yang memiliki makna atau arti
yang sesungguhnya. Contohnya:
Rumah itu terbakar karena listrik yang bermasalah.
·
Menggunakan kata konotasi
Konotasi adalah kata yang bukan makna yang sebenarny.
Contohnya:
Rumah itu dilahap si jago merah.
Negara
indonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan dari mulai tarian, musik,
adat, bahasa, dan lain sebagainya. Kita seharusnya bangga dengan kekayaan
budaya tersebut, oleh karena itu perlu di syukuri dan lestarikan. Indonesia
mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Namun yang berkembang
saat ini banyak orang yang sudah mulai mengabaikan bahkan melupakan kebudayaan
bangsa seperti halnya tarian tradisional. Tak sedikit anak muda yang malah
lebih senang menarikan tarian modern dari pada tarian tradisional.
Dari waktu
kewaktu, tarian tradisional sudah mulai tertutupi oleh adanya tarian modern.
Tarian tradisional kini sudah kurang dilirik lagi, bahkan anak-anak hingga kaum
muda kini sudah lebih mengenal tarian modern daripada tarian tradisional.
Padahal jika kita cermati bersama, tari-tarian tradisional ini memiliki daya
tarik bagi wisatawan manca negara. Bahkan tak sedikit negara lain yag ingin
mengklaim tari-tarian yang kita miliki seperti contoh beberapa waktu lalu tari
pendet yang berasal dari bali yang diklaim oleh negara Malaysia, itu semua
menunjukan bahwa budaya tari yang kita miliki sangat mempunyai pengaruh besar.
Kurangnya
kesadaran masyarakat akan kecintaan kepada tari-tarian tradisional membuat
perlahan demi perlahan eksistensinya berkurang atau bahkan punah tak dapat di
nikmati lagi. Akhir-akhir ini negara kita sedang mengalami arus globalisasi
yang cukup kuat memengaruhi seluruh generasi muda kita seperti munculnya
tari-tarian modern seperti harlem shake, atau tarian K-Popyang membuat mereka
lebih tertarik untuk mempelajarinya. Bahkan tak sedikit orang yang beramai-ramai
membuat video tentang tarian tersebut dan di unggah di yuotube atau jejaring
sosial lainnya.
Mereka adalah
generasi penerus yang seharusnya bisa memfilterbudaya yang masuk ke dalam
budaya kita, bukan malah menikmati tarian tersebut bahkan hingga membuat video
dan menguggahnya ke jejaring sosial dan mungkin mereka tidak tahu asal usul
adanya tarian tersebut. Parahnya, gerakan-geakan tari tersebut kadang tidak
sesuai dengan moralitas bangsa kita, misalnya gerakan-gerakan yang mengandung
pornoaksi dan mengumbar aurat.
Melihat
fenomena ini kita memang tak lantas dapat menyalahkan masyarakat yang lebih
memilih menarikan tarian modern daripada tari tradisionalyang kita miliki. Oleh
karena itu, perlu ada penanaman dini tentang kecintaan terhadap budaya
Indonesia khususnya seni bertari seperti mengenalkan seluruh tari-tarian
tradisional agar setelah mereka mengenal lalu mereka tertarik untuk mempelajari
selanjutnya. Atau kalau perlu diadakan ekstrakulikuler disetiap sekolah tentang
tarian tradisioanal.
Kita sebagai
bangsa Indonesia khususnya pelajar harus bisa memilah memilah, dan menyaring
budaya-budaya yang masuk ke Negara kita. Ikuti yang positif danbuang
yangnegati, tidak sekedar ingin mengikuti tren tanpa memfilter terlebih dahulu.
Sudah saatnya kita mengembangkan dan melestarikan kembali tarian tradisional,
jika tidak ingin budaya kita yang kaya itu punah.
(kompas.com, dengan
perubahan)