Teks Puisi (Bagian 2)

 Assalamualaikum Wr.Wb

Pada pembelajaran hari ini yang akan kita bahas adalah mengenai unsur atau struktur pembangun puisi yaitu struktur batin puisi dan struktur fisik puisi . Baca dan simak baik-baik ya penjelasannya.

Unsur atau struktur pembangun puisi terdiri dari unsur batin dan unsur fisik. Struktur batin puisi atau struktur makna merupakan pikiran perasaan yang diungkapkan penyair secara utuh yang mengandung arti atau makna yang hanya dapat dilihat atau dirasakan melalui penghayatan. Struktur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi dari luar. Struktur lahir atau fisik bisa dibilang sebagai struktur kebahasaan yang membangun puisi. Jika struktur batin berfokus kepada pengarang, maka struktur lahir/batin berfokus kepada teks yang membangun puisi tersebut. Puisi disusun dari kata dengan bahasa yang indah dan bermakna yang dituliskan dalam bentuk bait-bait. Orang dapat membedakan mana puisi dan mana bukan puisi berdasarkan bentuk lahir atau fisik yang terlihat.

A.      Struktur batin puisi, terdiri dari:

1.      Tema atau Makna (Sense)

Tema adalah pokok pikiran atau dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, menggubah/mengarang sajak, dan sebagainya). Media puisi adalah bahasa. Maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. Tema dalam sebuah puisi baru beragam, ada yang bertemakan ketuhanan, hubungan antar manusia.

2.      Perasaan Penyair

Rasa yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Perasaan yang disajikan dalam sebuah puisi bisa perasaan senang, terharu sedih, bimbang, tergantung dengan diksi (pemilihan kata) yang dipakai. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

3.      Nada atau Sikap Penyair Terhadap Pembaca

Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, dll.

4.      Amanat

Amanat adalah gagasan yg mendasari karya sastra; pesan yg ingin disampaikan pengarang kpd pembaca atau pendengar. Sadar ataupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

Perhatikan puisi karya Chairul anwar di bawah ini!

DO'A

 

Kepada pemeluk teguh

 

Tuhanku

Dalam termangu

Aku masih menyebut namamu

 

Biar susah sungguh

mengingat Kau penuh seluruh

 

cayaMu panas suci

tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

 

Tuhanku

aku hilang bentuk

remuk

 

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

 

Tuhanku

di pintuMu aku mengetuk

aku tidak bisa berpaling

Analisis struktur batin puisi:

·         Tema

Tema puisi tersebut adalah ketuhanan. Hal itu karena diksi yang digunakan sangat kental dengan kata-kata yang bermakna ketuhanan.

·         Perasaan

Perasaan dalam puisi tersebut adalah perasaan terharu dan rindu. Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain: termenung, menyebut nama-Mu, aku hilang bentuk, remuk, aku tak bisa berpaling.

·         Nada

Nada dalam puisi tersebut adalah mengajak (ajakan) agar pembaca menyadari bahwa hidup ini tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan. Karena itu, dekatkanlah diri kita dengan Tuhan.

·         Amanat

Amanat yang dapat kita ambil dari puisi tersebut diantaranya adalah agar kita (pembaca) bisa menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan Tuhan. Agar kita bisa merenung (termenung) seperti yang dicontohkan penyair.

Tugas!

Analisislah struktur batin puisi karya Toto Sudarto Bachtiar yang berjudul “Pahlawan Yang Tak Dikenal”

Struktur fisik atah lahir dari puisi, diantaranya:

1.      Perwajahan puisi (tipografi),

Yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

2.      Diksi (Pemilihan Kata)

Pemilihan kata yang tepat dapat memperkuat serta memperjelas daya bayang pikiran manusia. Pemilihan kata harus mempertimbangkan makna, komposisi bunyi dalam rima, kedudukan kata di tengah konteks dengan kata lain, serta kedudukan kata dalam keseluruhan puisi yang diciptakan.

3.      Pengimajian

Pengimajian berkaitan dengan mengungkapkan pengalaman sensorik (penglihatan, pendengaran, dan perasaan) dalam puisi melalui diksi dan kata konkret. Maka dari itu, pengimajian dibedakan menjadi tiga, yaitu imaji auditif, imaji visual, dan imaji cita rasa.

Dalam puisi kita kenal bermacam-macam (gambaran angan) yang dihasilkan oleh indera pengihatan, pendengaran, pengecapan, rabaan, penciuman, pemikiran dan gerakan Semua imaji tersebut bila dijadikan satu, secara keseluruhan dikenal beberapa macam imajinasi, yaitu :

·         Imajinasi Visual, yakni imajinasi yang menyebabkanpembaca seolah-olah seperti melihat sendiri apa yang dikemukakan atau diceritakan oleh penyair.

·         Imajinasi Auditori, yakni imajinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar sendiri apa yang dikemukakan penyair. Suara dan bunyi yang dipergunakan tepat sekali untuk melukiskan hal yang dikemukakan, hal ini sering menggunakan kata-kata onomatope.

·         Imajinasi Articulatori, yakni imajinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar bunyi-bunyi dengan artikulasi-artikulasi tertentu pada bagian mulut waktu kita membaca sajak itu seakan-akan kita melihat gerakan-gerakan mulut membunyikannya, sehingga ikut bagian-bagian mulut kita dengan sendirinya

·         Imajinasi Olfaktori, yakni imajinasi penciuman atau pembawaan dengan membaca atau mendengar kata-kata tertentu kita seperti mencium bau sesuatu. Kita seperti mencium bau rumput yang sedang dibakar, kita seperti mencium bau tanah yang baru dicangkul, kita seperti mencium bau bunga mawar, kita seperti mencium bau apel yang sedap dan sebagainya.

·         Imajinasi Gustatori, yakni imajinasi pencicipan. Dengan membaca atau mendengar kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu kita seperti mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa asin, pahit, asam dan sebagainya.

·         Imajinasi Faktual, yakni imajinasi rasa kulit, yang menyebabkan kita seperti merasakan di bagian kulit badan kita rasanya nyeri, rasa dingin, atau rasa panas oleh tekanan udara atau oleh perubahan suhu udara.

·         Imajinasi Kinestetik, yakni imajinasi gerakan tubuh atau otot yang menyebabkan kita merasakan atau melihat gerakan badan atau otot-otot tubuh.

·         Imajinasi Organik, yakni imajinasi badan yang menyebabkan kita seperti melihat atau merasakan badan yang capai, lesu, loyo, ngantuk, lapar, lemas, mual, pusing dan sebagainya.Imaji-imaji di atas tidak dipergunakan secara terpisah oleh penyair melainkan dipergunakan bersama-sama, saling memperkuat dan saling menambah kepuitisannya (Pradopo, 1990:81).

4.      Kata Konkret

Kata konkret menjadi syarat terjadinya pengimajian. Jika si penyair mampu mengkonkretkan kata-kata, maka puisi akan membawa pembaca seolah olah mendengar, melihat dan bahkan merasakan.

5.      Majas atau Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif berarti penyair menggunakan bahasa yang berususun-susun atau berfigura. Maksudnya ialah bahasa figuratif berkaitan dengan kiasan dan perlambangan dalam puisi. Bahasa figuratif dapat membuat puisi menjadi lebih indah dan mengandung banyak makna. Bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksudkan penyair karena: (1) Bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) Bahasa figuratif dalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak menjadi kongret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3) Bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas, (4) Bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat

6.      Versifikasi

Versifikasi berkaitan dengan rima, ritma, dan metrum. Rima adalah pengulangan bunyi untuk membentuk musikalisasi. Ritma berhubungan dengan bunyi, pengulangan bunyi, pengulangan frasa, dan pengulangan kalimat. Sedangkan metrum merupakan ukuran irama yang ditentukan oleh jumlah dan panjang tekanan suku kata. Hanya saja, metrum dalam puisi sulit untuk ditentukan. Beda halnya dengan pantun yang memang memiliki peraturan dalam jumlah suku kata yang sudah ada aturannya.

Dalam puisi banyak jenis rima yang kita jumpai antara lain :

v  Menurut bunyinya:

·         Rima sempurna bila seluruh suku akhir sama bunyinya

·         Rima tak sempurna bila sebagian suku akhir sama bunyinya

·         Rima mutlak bila seluruh bunyi kata itu sama

·         Asonansi perulangan bunyi vokal dalam satu kata

·         Aliterasi: perulangan bunyi konsonan di depan setiap kata secaraberurutan

·         Pisonansi (rima rangka) bila konsonan yang membentuk kata itu sama, namun vokalnya berbeda.

·         Efoni kombinasi bunyi yang merdu dan indah untuk menggambarkan perasaan mesra, kasih sayang, cinta dan hal-hal yang menggembirakan.

·         Kakafoni kombinasi bunyi yang tidak merdu, parau dan tidak cocok untuk memperkuat suasana yang tidak menyenangkan, kacau, serba tak teratur, bahkan memuakkan. Pertentangan bunyi, tinggi rendah, panjang pendek, keras lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan (Waluyo, 1991:94).

v  Menurut letaknya:

·         Rima depan: bila kata pada permulaan baris sama

·         Rima tengah: bila kata atau suku kata di tengah baris suatu puisi itu sama

·         Rima akhir bila perulangan kata terletak pada akhir baris

·         Rima tegak bila kata pada akhir baris sama dengan kata pada permulaan baris berikutnya.

·         Rima datar bila perulangan itu terdapat pada satu baris.

v  Menurut letaknya dalam bait puisi:

·         Rima berangkai dengan pola aabb, ccdd

·         Rima berselang dengan pola abab, cdef

·         Rima berpeluk dengan pola abba, cddc

·         Rima terus dengan pola aaaa, bbbb

·         Rima patah dengan pola abaa, bcbb

·         Rima bebas : rima yang tidak mengikuti pola persajakan yang disebut sebelumnya (Waluyo, 1991:93).

Ritma terdiri dari tiga macam, yaitu :

·         Andante adalah kata yang terdiri dari dua vokal, yang menimbulkan iramalambat

·         Alegro adalah kata bervokal tiga, menimbulkan irama sedang

·         Motto Alegro adalah kata yang bervokal empat yang menyebabkan irama cepat

Selain itu, terdapat pula istilah metrum, yakni perulangan perulangan kata yang tetap bersifat statis (Waluyo, 1991:94). Nama metrum didapati dalam puisi sastra lama. Pengertian metrum menurut Pradopo adalah irama yang tetap, pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu (Pradopo, 1990:40). Peranan metrum sangat penting dalam pembacaan puisi dan deklamasi. Ada bermacam tanda yang biasa diberikan pada tiap kata. Untuk tekanan keras ditandai dengan ( / ) di atas suku kata yang dimaksudkan, sedangkan tekanan lemah diberi tanda ( U ) di atas suku katanya.

 



Postingan populer dari blog ini

Teks Fantasi

Menelaah Struktur dan Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi